Kurangkai sebuah kisah masa lalu yang membuat
diriku mengerti akan hadirnya mahligai cinta. Dimana aku dipertemukan dengan
sang pangeran cinta di kehidupan nyata. Aku tak menyangka akan menikmati
lezatnya pizza yang ingin aku makan, dan ternyata aku telah mencicipinya
yaitu pizza cinta. Ini seperti mainan puzzle yang selalu menyusun
rangkaian-rangkaian kotak yang sama yaitu kotak pengorbanan dan kesetiaan
hingga terbentuk puzzle cinta yang penuh keindahan. Juga alunan melodi
yang mengiringi ku ke jalan lautan rindu, samudra kasih sayang, dan ombak
kepedulian. Semuanya butuh segudang pengorbanan untuk menyakinkan bahwa seperti
itulah cinta yang akan aku rajut, hingga nantinya menjadi anyaman kehangatan
cinta yang tumbuh dalam hati antara aku dan dirinya.
Waktu itu aku duduk di kelas X.6 sekolah di SMA
Muhammadiyah 1 Metro. Sebuah kenangan yang membuatku malu dan tertawa sendiri
saat mengingatnya, yaitu cerita lucu tapi menyedihkan yang bermaknakan cinta yg
ku temukan di sudut sekolah. Dimana aku dikenalkan dengan aroma cinta yang
begitu membuatku terpesona. Aku terkena gejolak asmara pada pandangan
pertamanya. Sungguh luar biasa sangat menembus hatiku saat dia pancarkan
wajahnya yang begitu anggun dihadapanku. Inilah kisah cinta pertamaku saat
dibangku sekolah, sepertinya konyol, tapi dari pengalaman itu aku bisa
merasakan damainya cinta yang membuat ku tergila-gila karenanya.
“Sebut namaku Cham”, karena orangtuaku memberi nama Chamdini Putri.
Pagi itu matahari mulai terbit dan bersinar
menghidupkan dunia, aku pun segera mandi dan bersiap-siap meluncur pergi ke
sekolah. Ketika hendak berangkat aku pun tak lupa sarapan pagi, walaupun dengan
telur dadar tentu sangatlah lezat menikmatinya. Karena dibuat dari tangan
seorang ibu yang begitu mengasihi dan menyayangi, dan pastinya uang jajannya
yang tidak ketinggalan, wajar seperti anak lainya sebagai uang pegangan
disekolah. Dengan mengendarai sepeda motor di dampingi teman perempuan yang tak
kalah cantiknya denganku Putri namanya kami pun berangkat.
Selalu saja telat masuk, saat bel berbunyi kami
baru memasuki area sekolah, pastinya sudah banyak anak sekolah yang
berkerumbunan. Karena disetiap perjalanan kami selalu berhenti untuk menunggu
teman yang lainya. Nah disaat itulah yang membuatku senang saat telat, karena
aku paling suka mencari perhatian. Dengan tampilan culun dan gaya yang masih
norak ku berjalan melewati kelas per kelas, kepedean yang melekat didiriku
membuat aku menjadi kebal telinga saat dibicarakn oleh mulut-mulut lamis
para siswa-siswi. Sifat ke SMPku pun masih terlihat ketika bejalan di depan
kelas menyapa teman-teman dan memberi senyuman indah di pagi yang cerah.
Sehingga mereka mejuluki aku “si peramah”, yah gelar yang sidikit bangga karena
bisa membuat orang disekelilingku merasa senang saat bertemu denganku.
Tak heran semua orang mengenalku dengan khas
yang ku punya begitu menawan, walau terlihat apa adanya. Tapi tak sedikit pula
orang yang tidak menyukaiku, tak ku
hiraukan saat seorang menyapaku dengan ironi. Bahkan sampai yang litotes.
Hatiku selalu terbuka maaf dan selalu iklas memaafkan apa yang di buatnya, hingga
tak ada bekas yang membuat lara dihatiku. Jadi membuat aku tak punya masalah
sekecilpun. Aku merasa banyak yang memperhatikanku saat berjalan, tapi tetap
saja aku cuek. Peduli amat orang berkata apa.
Aku pun memasuki kelasku yang begitu sepi, tak disangka
semua anak sudah duduk ditempat masing-masing dan disibukan dengan buku
dipandanganya. Ternyata sebuah pr yang membuatnya sibuk karena belum
mengerjakan, maklum sekolah luar negri, “uups” maksudnya sekolah swasta jadi
anaknya tidak begitu rajin untuk hal seperti ini. Sambil senyum ku duduk dengan
tenang,, hahahah JJ... Yah biasa anak rajin seperti aku pastinya sudah lah mengerjakanya,
“batinku sok sombong”. Putri mengambil pandanganku dia pun berucap “emang sudah
pr kamu!!”. “Beluman,jawabku cepat..!!”.
“kok malah santai, siap-siap saja kau lari lapangan...” ujar Putri. Sambil tertawa
membisikannya, ku menjawab dengan santainya “beluman dikumpul ke guru maksud
aku put”,...” “hahaha... ada-ada saja kamu ini Cham, bisanya membuatku tertawa”,
jawabnya sambil senyum-senyum.
Pelajaran berlangsung hingga bel istirahat pun
tiba. Keluarlah aku bersama Putri teman sebangku untuk mencari makanan ke depan
sekolah, aku membeli es untuk melegakan
tenggorokan yang serak sehabis makan makanan yang bermacam-macam campuran. Tak
sengaja keisenganku kumat ketika melihat seorang laki-laki disudut sekolah
sedang asyik makan mie ayam, langsung kepikiran biji salak yang ada di
genggamanku, dengan berani langsung ku lemparkan. Karena banyaknya orang yang
bisa menutupiku, jadi aku tak kawatir, sedikit tenang sembunyi dibelakang orang.
Ku lempar lah biji salak kesasaran, tanpa pikir
panjang “weeeeeeee’rrrrrrrrr........!!” tepat pada sasaran, biji salak pun meloncat
dari kepalanya. Waduh sepertinya kesakitan suaranya saja memantul sampai
berbunyi “tttttkkk”, aduhhh.....!!!
tegasnya reflek, sampai barang kepunyaanya sendiri kesebut. Hahahaha,, sambil
lari ku tertawa terbahak-bahak tak kusangka benar-benar tepat sasaran. Sungguh
jail diriku ini, sampai Putri pun
terheran-heran melihat kelakuanku. Bel masuk berbunyi aku bergegas langsung masuk
ke kelas. Gerombolan anak laki-laki berdatangan, salah satu diantaranya
menunjuk-nunjuk wajahku, dibisiknya ke teman-teman ”itu yang melemparmu,,itu
yang melemparmu”. Lalu cepat-cepat aku masuk ke dalam kelas, takut juga melihat
gerombolan yang memandangku sinis.
Jam pulang pun tiba, aku tak pulang karena ekskul
KIR sudah menantiku. Ku langkahkan kakiku menuju bascame KIR tempat
meeting ku, disana semuanya sudah berkumpul dan siap membahas program kegiatan
yang akan dilaksanakan. Beberapa jam kemudian aku pun pulang, ketika memakai
sepatu ku jongkokkan badanku kebawah, tiba-tiba anak laki-laki yang aku lempar
biji salak lewat tepat dibelakangku. Dia ikut ekskul futsal ternyata. Karena deket bascame KIR
ada kamar mandi dia sengaja lewat untuk berganti pakaian olahraga. Tapi karena
dia mengetahui aku yang menjahilinya, langsung saja ku berlari sekencangnya
takutnya kena balasan. Sambil menghelai nafas ku berjalan santai bersama Fikri teman
KIR, lalu ku lanjutkan berjalan sambil menunggu mobil angkutan.
Menunggu dan menungggu datangnya mobil angkut,
ku membeli es doger di samping halte. Sedikit membasahi tenggorokan yang
kekeringan mineral. Sambil ngobrol dengan teman-teman dan bercanda ria, tak
lama kemudian mobilnya pun datang. Segera ku menaikinya karena masih ada yang
kosong. Duduklah aku di depan pintu, merasakan sejuknya angin yang berhembus
sampai menembus ke kulit ariku. Sambil menikmati perjalanan, mobil berhenti
sejenak menurunkan penumpang dari pasar dengan bawaan yang begitu banyak.
Tiba-tiba ku melihat anak laki-laki itu menyalip mobil dari kiri jalan, tepat
dihadapanku dia menengokan kepalanya sekilas melihat wajahku, aku pun merasa
sedikit “GR” karena dia melihat aku saat mengendarai motornya. Hatiku langsung
berbunga-bunga, entah dia juga merasakan hal yang sama atau tidak yang pasti
aku begitu senang.
Aku mulai bertanya-tanya dalam lintasan
pikiran, “siapa dia, siapa namanya, aku pengen mengenalnya.....???”. Aku
menjadi-menjadi saat memikirkanya, hatiku serasa terkena percikan kaca yang
sakitnya menembus sampai hati. Dia begitu menawan, ku terpesona saat pandangan
pertamanya menatap wajahku, walau itu pun hanya 2 detik tapi kau membuat hatiku
meleleh dari kebekuan cinta. Yang aku herankan dia anak kelas berapa, selama
ini aku tak pernah melihatnya. Yang aku tahu dia anak yang tadi pagi aku lempar
biji salak. Aku jadi penasaran jadi pengen bertanya-tanya dan mencari tahu
tentang dia. Dia membuatku menjadi salah tingkah.
****
Hari berganti hari ku lalui, selama dua hari
aku tak melihatnya bahkan bertemu melihat wajahnya pun tidak. Membuatku hilang
rasa untuk menyukainya, hingga sampai ku terlupa untuk mencari tahu tentang
dia. Karena selama itu juga aku di sibukkan dengan tugas-tugas sekolah yang sangat
menumpuk. Membuatku terbengkalai dan kerepotan untuk menyelesainya, untung
tugas kelompok jadi sedikit bisa menghelai nafas bisa dikerjakan bersama-sama dengan
santai. Fikiranku tentang dia tiba-tiba teringat saat aku melihatnya berjalan
di depan kantor BK, ternyata dia sedang ada masalah, sampai mendapat
hukuman.
Aku melihatnya melas, kasihan dia di hukum dijemur di
tengah lapangan. Andai aku bisa menggantikanya, aku akan berjemur dengan
menggunakan payung. Karena kalau dia yang pakai payung dikira perempuan hehe..J namun, Tidak hanya dia tapi teman-teman yang lain ikut dijemur
karena pada saat itu dia tertangkap basah bolos di belakang sekolah, sehingga
mereka di panggil oleh guru BK. Ku bertanya-tanya dengan salah satu
siswa sepertinya teman sekelasnya, “kak, siapa itu yang di jemur? Kenapa
mereka? “. Lalu kakak itu menjawab, “rombongan anak kelas 11 Ips 3, Ison, Sule,
Rio dan kawan-kawan, ketahuan bolos dia orang”. Yahh, fikiranku terlintas, kok
anaknya nakal-nakal si, padahalkan dia kalem, cakep, bersih, rapih lagi. Kalau
saja dia tidak nakal, pasti sudah banyak cewek-cewek yang suka denganya
termasuk aku.
Tapi setidaknya aku sudah bertemu dengannya dan
bisa melihatnya lagi saat itu, aku lega sekali hatiku pun langsung dek-dekan
setiap menatap wajahnya. Walau dari kejauhan ku pandangi dia, aku tetap saja
menyukinya. Aku berharap tidak ada yang
mengetahui kalau aku menyukainya. Walaupun dia anak yang nakal tapi dia orang
yang spesial bagiku, entah apa yang membuatku bisa terhipnotis hingga
membuatku jatuh di landa asmara karenanya. Ketika itu aku menemui Putri teman
sebangku ku, ku ajaklah dia ke kamar mandi untuk membuang ingusku yang saat itu
aku sedang flu berat, ku berjalan melewati depan kelasnya, dengan kepedean yang
super ku berjalan dengan santainya karena ada si doi sedang nongkrong asyik
bersama temanya di depan pintu.
Tak kusangka dia menegur Putri, aku kecewa L, hatiku tiba-tiba merasa sakit. Mengapa tidak diriku yang kau
tegur, padahalkan aku yang menggilaimu. Aku begitu kecewa, lalu aku langsung berlari masuk ke kamar mandi. Dengan
rasa kesal dan jengkel, ku tumpahkan kekecewaanku dengan amarah yang tidak
karuan, ku pukul-pukul tembok, ku buang gayung-gayung sampai pecah menjadi dua.
Aku tak sadarkan diri, mengapa diriku ini, apa yang terjadi, aku tak tahu.
Sampai Putri menggedor-gedor pintu kamar mandi. Aku cemburu, aku cemburu,
itulah yang kurasa saat itu. Kecemburuan yang melupakanku kalau Putri adalah
teman ku yang paling baik.
Lalu ku berhenti sejenak dari amarahku
menghelai nafas dan mulai berfikir. Ku hapus air mataku, ku bersihkan ingusku,
dan keluarlah aku dari kamar mandi. Langsung berlari menuju kelas tanpa
mengajak Putri. Ternyata aku terbawa hukum kecemburuan, dimana suatu percintaan
bertemu dengan perselisihan yang mana cemburu berasal dari lawan jenis yang
tidak mengerti bahwa siapa yang mencintai dan perasaan saling salah paham.
Putri lalu mendekatiku dan bertanya kenapa diriku ini. Dengan spontan ku
menjawab “aku sakit”, sakit apa tanyanya, lalu Putri menenangkan ku. Aku
sedikit merasa enjoy dan bersikap seperti biasanya lagi. Aku tak mau Putri mengetahui
kalau aku menyukai Ison, aku malu.
Semenjak kejadian itu, aku merasa tidak enak
dengan Putri. Karena aku sering menyalahkanya.
Padahalkan Putri tidak tahu apa-apa dan tidak bersalah, hanya aku saja
yang terbawa hawa kecemburuan. Beberapa hari kemudian, di sekolah di pagi hari
yang cerah yang penuh dengan semangat. Lagi-lagi aku bangun kesiangan, karena
larut malam aku tertidur. Senin, adalah hari yang paling menyebalkan bagiku.
Aku sangat malas untuk mengikuti upacara makanya aku selalu telat berangkat
pagi mengikuti upacara bendera, sampai guru BK tak lupa mengabsen
diriku. Hingga terjemur kering aku di hadapkan sang raja siang. Matahari yang
bersinar tepat di atas kepalaku membuat ubun-ubun ku melepuh dan sekujur
badanku dibanjiri keringat.
Ternyata bukan hanya aku saja yang terkena
hukuman, tetapi dengan hitungan jari siswa-siswi yang lain juga ikut dijemur.
Sungguh malang nasibku, mengapa jadi seperti ini. Padahalkan aku menginginkan
yang ada dibenakku. Melakukan apa yang aku suka, bangun siang tak masalah
bagiku tapi mengapa orang lain malah tidak terima. Huhhhh... menyebalkan
kesalku,,!!!. Dari belakang tepat aku
berdiri ada seseorang yang mencolek bahuku, tak ku hiraukan siapa dia, karena
posisi masih dihukum aku tak berani menengok. Tapi karena berkali-kali dia
mencolek bahuku, menengoklah kepalaku kebelakang. Hahhhhh!!, dengan kaget
melihat wajahnya, Ison. Hatiku langsung bergetar, jantungku berdetak sangat
kencang, dan bahuku seperti ingin mengeluarkan sayap karena tak sanggup ingin
terbang tuk mengucapkan “aku senang, dia telah mengenalku”.
Tak ku sangka hari-hari itu indah sekali setiap
apa yang kau lakukan, semuanya membuat ku jatuh hati padamu. Aku tidak sanggup
menahan rasa ini padamu, ingin kucurahkan semuanya tapi ku tak bisa, ku tak tau harus bagimana
kepribadianmu yang membuatku menutupi atas segala cinta dan sayangku padamu.
Bisakah kau mengerti diriku yang menggilai mu ini. Malamnya itu aku bermaksud
untuk menceritakan perasaan ku ini kepada Putri, karena dia yang mungkin bisa
memberikan aku jalan dan karena dia yang sudah mengenal Ison. Lalu ku ambil handfhone
di atas meja belajarku dan ku mulai mengetik kata perkata hingga terangkai
sebuah ungkapan yang berisikan cerita tentang Ison.
Putri tak mengerti apa maksud dari ceritaku
itu, lalu sedikit demi sedikit ku jelaskan dari hati ke hati bahwa selama ini
aku mencintai Ison sejak pandangan pertama. Dia pun lansung sock dan
kaget mendengar ucapan ku itu. Ternyata firasat Putri benar, dia sudah menduga
bahwa aku menyukai Ison karena terlihat dari sifat dan tingkah ku yang
belakangan itu aneh tak pernah lagi berangkat bareng ke sekolah. Tapi Putri
mengerti keadaan aku, dan dia akhirnya mau membantu aku untuk bisa
mengungkapkan rasa cintaku pada si doi. Hari berganti hari telah ku lalui, semenjak
ku mengenal Ison karena di kenalkan sama Putri sepertinya aku merasa diriku
selalu terbayangi oleh wajahnya yang begitu tampan. Aku sangat berterimakasih
pada Putri karena dia yang selama itu mencomblangkan aku dengan Ison.
****
Suatu hari ketika di sekolah, aku seperti orang
yang kebingungan, aku tidak melihat batang hidungnya Ison entah kemana tuh
anak, tumben tak masuk biasanya selalu nongol di depan pintu kelasnya, hatiku
gelisah sepi rasanya bila tak melihatnya. Walau hanya melihat motor bawaanya
dan helm kesayanganya hatiku bisa tenang. Tapi semua identitasnya tak kelihatan
sama sekali, ku lihat dari kerumbunan teman-temannya juga tidak ada. Aku begitu
sedih tak ada kabar tentangnya. Ku mintalah nomer hp Ison sama Putri, dan
langsung dikirmnya tanpa basa-basi.
Aku pun mengambil nomernya dan langsung
menghubungi, dengan hati yang dek-dekan aku menelfonya. Dengan bahasa yang kaku
dan sok akrab ku mulai berbicara menyapa sok lembut, dia bertanya “siapa ya?”,
“cham kak!!” jawabku gugup, “ohh, temen
Putri itu ya ada apa”. Gak papa kak, pengen denger suara kakak aja. Percakapan
kami pun berlangsung enjoy, dan dia mulai bisa terbuka denganku. aku seneng
banget bisa denger suara Ison untuk pertama kalinya aku telfon. Walaupun agak
dek-dekan dan malu-maluin tapi sungguh
membuat hatiku lega.
Ternyata selama tidak masuk sekolah, dia sakit
demam panas. Hingga harus beristirahat, saat itu aku mengkhawatirkan dia, aku
berdo’a kepada sang ilahi “semoga dia
diberi kesembuhan dan kesehatan supaya bisa sekolah dan bertemu aku lagi,amiin”.
Aku sungguh ingin melihatnya kembali tertawa, tersenyum dan bersenda gurau lagi
dengan teman-temannya. Aku pun tak berharap dia menyukaiku, tapi yang harus dia
tahu bahwa aku mencintai dan menyayanginya sangatlah tulus. Setulus cinta romeo
dan juliet, dan bila cinta dari Tuhan berbentuk satu butir pasir, maka cintaku
kepadanya seperti seluruh jumlah pasir yang ada di muka bumi ini. Karena aku
ingin mencintaimu tanpa rasa takut, aku ingin mempercayaimu tanpa rasa khawatir,
aku ingin merindukanmu tanpa batasan, dan
aku menginginkan dirimu tanpa imbalan apapun.
Begitulah kata-kata yang aku lantunkan
untuknya. Aku jatuh cinta denganmu Ison, saat aku bisa bernyanyi dan menari
dengan Irama hatiku. Saat aku sadari ternyata aku mulai jatuh cinta, ya aku jatuh cinta
untuk yang pertama kali, namun aku tak mampu melakukan apa yang ingin aku
lakukan. Aku hanya mengaguminya dari kejauhan, aku hanya mampu melihat
senyumnya dari sini dari tempatku duduk kala itu. Aku melihatnya tertawa dan
melihat bermain bola di lapangan itu. Aku sungguh jatuh cinta, ini cinta
pertama ku. Laki laki yang aku pandang terlihat tampan dengan gayanya yang
khas dan aku suka itu. Matanya sangat indah, rambutnya yang bergelombang
menambah cintaku semakin bergelombang-gelombang seperti ombak di lautan lepas.
Sungguh ku ingin
mencintainya. Huuuuh aku suka dia, benar-benar suka dia. Rasa ini semakin hari
semakin dalam. Setiap hari yang aku ingin hanya memandang wajahnya, melihat
senyumanya, tawanya. Andai kau berada tepat dihadapanku kan ku peluk kau
erat-erat dan tak akan ku lepaskan hingga matahari terbenam dan siang yang berganti malam. Aku sangat mencintaimu Ison. Begitulah
cara aku menggilainya, hingga suatu hari aku melihat tatapan matanya, tatapan
mata yang sangat sejuk. Yang dia berikan kepadaku, tapi dia tak tahu kalau aku
mengaguminya. Ison kau seperti rotasi bumi yang selalu berputar mengelilingi fikiranku,
aku tak bisa sekejap saja melupakanmu pasti selalu saja terlintas dalam jalan
hatiku. Dia yang mampu membuat jantung ini berdenyut lebih kencang.
Berbagai cara sudah
aku lakukan agar si doi bisa melihat seberapa besarnya cintaku, tak cukup
memperhatikan saja tapi apa yang diingini telah aku berikan meski dia tidak
tahu bahwa aku yang melakukanya. Seperti saat dia sakit “dompo” penyakit
sejenis cacar tapi sakitnya melebihi
tertusuk duri. Ku carikan obat untuk dirinya, yaitu biji pohon palem
yang masih kecil lalu ditumbuk, dengan pengorbanan ku mencari-cari bahkan
sejauh Gorontalo pun akan ku tempuh demi cintaku padanya. Lalu setelah
dapat ku berikan biji tersebut kepada adiknya yang saat itu belum mengenal aku.
Adiknya satu sekolah dengan teman tetanggaku.
Kemudian saat di
sekolah peralatan belajar dia pun tidak ada, lalu dengan senang hati ku
meminjamkanya, karena saat itu belajar akuntansi jadi peralatan seperti pinsil,
penggaris, dan penghapus ku kasih ke dia. Tapi dia belum menyadari bahwa semua
itu aku lakukan karena aku mencintainya. Hingga suatu hari sebuah kabar buruk
ku dapati bahwa Ison kecelakaan, hatiku resah gelisah tak karuan aku sangat
mengkhawatirknya membuat aku rikuk pikuk saat mendengarnya. Lalu ku langkahkan
kaki untuk bisa menemuinya, ku mencari-cari dimana keberadaanya apakah dia
baik-baik saja, sungguh hatiku sangat cemas. Aku langsung menghubungi Putri
untuk bisa membantuku mencarinya, lalu dia menelefon teman akrabnya ternyata
dia juga kecelakaan bersama dengan Ison dia dirawat di rumah sakit Mardi
Waluyo.
Langsung saja ku
bergegas menuju rumah sakit yang mereka singgahi, aku dan Putri kebingungan
untuk mencari kamar yang ditempati, ku tanya lah pada suster ditempat registrasi korban
kecelakaan Ison dan Sule. Mereka dirawat di ruang yang berbeda Sule di edelwais
dan Ison di ruang ICU, dia luka parah sampai tidak sadarkan diri. Sungguh
hati ku ini sangat mengkhawatirkanya, tak mau terjadi apa-apa kejadian ini
sangat melukai hatiku karena aku belum mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Waktu menenjukan pukul 9 malam, aku pun harus pulang tak mau dimarahi bapak pulang
kemalaman. Dengan berat hati ku meninggalkanya.
Di rumah aku hanya
bisa berdo’a dan berharap “ya allah semoga dia cepat sembuh dan bisa
ceria seperti biasanya lagi aku tak mau melihatnya sedih dan terluka, ya
allah lindungi dia dari mara bahaya”. Aku begitu menyayanginya sampai aku
tidak bisa tidur memikirkan keadaanya. Andai engkau tau betapa tulus cintaku
padamu, hingga tak rela melihatmu dalam kondisi lemas tek berdaya di ruang
rumah sakit itu. Aku ingin kau cepat sembuh.
Hingga suatu malam,
tepat tengah malam dia menelfonku. Entah apa yang terjadi tiba-tiba dia
menghubungiku, aku yang sedang terlelap tidur, terbangun karena suara handphone
yang mengganggu pendengaranku. Aku langsung memencet tombol dan dengan mata
sayup-sayup, dengan suara yang nge-bass aku pun berbicara. Dia membangunkan
aku, tanpa sadar semua pertanyaanya pun aku jawab, tapi entah apa yang keluar
dari mulutku. Seperti orang yang mabuk tak sadarkan diri aku bingung aku tidak
tahu.
Dengan gugup ku
meminta untuk mengulangi pembicaraanya, dan tanpa basa-basi langsung diucapkanya
kembali perkataan yang dilantunkanya. Tanpa cacat sedikitpun tak kurang dan tak
lebih dia mengulangi perkataanya. “Aku cinta padamu, tiga
kata yang terucap ku ungkapkan perasaan ku padamu. Yang selama ini ku pendam
ternyata membuatku menjadi resah, tak tenang, dan takut kehilanganmu. Aku pun
mempunyai rasa yang sama namun tak berani untuk mengungkapkanya”, ujarnya.
“Saat ku tahu kau begitu mencintaiku, hatiku
langsung berdetakan, dag..dig..dug..dag..dig..dug.. kencang sekali, juga tangan
ku mengeluarkan keringat dingin”. Sebenarnya aku tak tahu apa yang terjadi
kepadaku ucapanya saat menjelaskan maksudnya. Semuanya karena ku dekat dengan
Putri teman akrabmu, saat dia menjenguku untuk yang terakhir kalinya dia
menceritakan semua kejadian yang selama ini kamu lakukan terhadapku. Hingga ku
tau seberapa besar cintamu padaku. Bisakah dirimu memaafkan ku dari segala
ketidak tahuku selama ini, jujur aku juga sayang kepadamu”. Maukah kamu menjadi
pendamping hidup sebagai orang terkasihmu, aku akan menjagamu dan melindungimu
karena aku mencintaimu. By Ison.
Itulah
kata-kata yang terucap dari mulut Ison yang berharap aku dapat menerima cintanya.
Aku yang tak tahu harus menjawap apa hanya berdiam dan membisu tak menentu dengan kata-kata yang di ucapkanya. Andai
kau tahu isi hati ku pun sama sepertimu yang menginginkan sekucup cinta yang
bersemi di taman bunga. Dan berharap kau menjadi bunga disisiku, kan ku jaga
dirimu dari segala mara bahaya dan tak kan ku sakiti dirimu hingga nafas
terakhirku. Aku mencintaimu dan tak bisa terlalu lama memendam rasa. Tapi tak
kuasa untuk bisa berbicara sepatah kata.
Tak ku sangka malam itu membuatku menjadi
bingung, aku tak tau apa yang harus aku jawab. Aku diam tanpa kata, namun dalam
hati kecilku berharap engkau tahu isi hati ini yang selalu meridukan kamu.
Pagi-pagi dia menelefonku untuk bisa menjenguk ke rumah sakit karena dia sudah
merasa enakan dan segera bergegas untuk bisa kembali ke rumah asal. Dan aku pun
segera menuju ke rumah sakit untuk membantu membereskan peralatanya yang akan
di bawa pulang, aku tak sendiri tetapi bersama teman-teman yang lainya ikut
membantu. Disana aku mencoba untuk bersikap biasa saja seperti tak ada masalah,
tapi hatiku masih saja bergemuruh seperti ingin menyatakan sesuatu.
Akhirnya sesampai dirumah dengan keadaan lelah
dan letih, dia mendekati aku mencoba berbicara dan menyelesaikan permasalahan
hati. Sedikit demi sedikit kata terucap, awalnya hanya bercanda-canda aku
senang bisa menatap senyum diwajahnya begitu manis dan menyejukan hati. Lalu
tiba-tiba dia menayakan kembali isi hatiku yang sebenarnya “apakah kamu mau
menjadi pacarku” ujarnya, dan dia meminta untuk menjawabnya saat itu, karena
semalam aku sudah memikirkanya dan aku tak mau memendamnya lagi dengan senang
hati aku menerima cintanya.
Sesuatu hal yang sangat berarti, baru pertama
ku menemukan cinta yang aku cari dengan penuh pengorbanan. Akhirnya telah
kucapai segala angan dan impianku untuk bisa mendampinginya. Dengan segala
kepercayaan ku mulai memberikan pengertian, perhatian dan kasih sayang yang
lebih untuk membuatnya senang dan bahagia. Dia begitu baik dan sangat
menghargaiku, memperlakukanku selayaknya tuan putri dari kayangan, aku sangat
terkagum-kagun denganya. Sungguh hal terindah mencintai dirinya senang
mempunyai seorang pendamping yang bisa menyayangi dengan penuh kasih sayang
yang begitu tulus dan sangat perhatian.
Hari-hari ku lalui sangat indah saat
bersamanya, dia begitu tidak mau kehilangan ku dan aku pun begitu, aku sangat
bersyukur atas semua yang diberikan, dari semua perjuangan yang telah aku
lakukan ternyata membawa hasil yang sangat memuaskan. Namun di hari-hari
berikutnya suasana berubah menjadi sepi, dia tak lagi memperhatikanku, jarang
untuk menemuiku. Karena saat itu ku tahu dia disibukan dengan keadaan keluarga
yang mempunyai toko di pasar hingga dia tak ada waktu denganku lagi. Aku
mencoba untuk bisa mengerti keadaanya dan aku bersabar mungkin ini cobaan
untuku dalam menghadapi masalah. Aku pun harus bisa bersikap demikian, setiap
aku menghubunginya selalu saja dia menjawab sedang sibuk dan takut di marahi.
Kini ku pun mengerti kalau dia sedang ingin membantu keluarganya yang untuk
bekerja, dia tak ingin mengecewakan orang tuanya yang begitu dia hormati yang
selama itu sudah mengawasinya dan mungkin dia harus membalasnya dengan membantu
pekerjaan sekarang yang dia lakukan.
Perasaan yang tidak tega melihatnya harus
menjauhiku, aku sepertinya merasa dia tak mau untuk menyakitiku, dia ceritakan
semua keluhanya yang dia alami dan dia meminta aku harus bisa melupakanya
karena tidak mau terlalu mencintainya takut dia menyakiti atas perbuatan yang
dia lakukan kepadaku. Sedikit demi sedikit ku bisa menerima pengertianya.
Hingga suatu hari,
apa yang aku takutkan terjadi, dia pergi.. pergi dari kehidupanku sebagai orang
yang sangat mencintai dan menyayangiku. Demi orang tuanya, derai tangis yang
tak terhentinya dia memutuskan untuk menyudahi hubungan denganku. Aku begitu
merasa takut akan kesepian dan sendiri
karena tiada lagi orang yang mengerti aku selain dia. Mengapa dia melakukaya
dia seperti penjahat yang merampas hatiku begitu saja. Namun dengan lapang dada
ku bisa menerima itu semua karena aku tahu dia tidak mau menyakitiku akupun
tidak ingin membuatnya terbebani atas semua sikapku padanya. Dan akhirnya aku
bisa melupakanya atas kepedulian teman-teman terhadapku terutama Putri yang
selalu membuatku kembali seperti cham dulu yang ceria dengan berbagai hiburan.
Aku hanya mampu
mengingatnya, mengingat semua senyumnya dan tatapan indah. Kenangan saat itu tidak bisa ku lupakan begitu saja dia adalah
oarng pertama yang mengenalkanku pada cinta, dimana ku temukan pada pandangan
pertamanya. Begitu indahnya sungguh membuatku menjadi terbengkalai oleh cinta.
Tapi kini sudahlah aku tak bersamanya
lagi yang kuharap sekarang hanya melupakannya. Karena sesuatu yang terbesar
dalam hidup ialah mengampuni orang yang menyakiti kita
Dan tetap mengasihinya. Dan aku akan mengabdikan kenangan ini sebagai cinta pertamaku yang takan terlupakan, aku akan mengenalnya walaupun sebagai mantan. Tapi tak masalah bagiku dan sampai sekarang aku tak pernah membahasnya lagi karena tak mau menjadi penyesalan untuk bisa mencintainya. Dan sampai sekarang aku menganggapnya sebagai teman dalam hidupku. Selamat tinggal cinta pertamaku aku akan merajut kembali cinta yang akan datang.
Dan tetap mengasihinya. Dan aku akan mengabdikan kenangan ini sebagai cinta pertamaku yang takan terlupakan, aku akan mengenalnya walaupun sebagai mantan. Tapi tak masalah bagiku dan sampai sekarang aku tak pernah membahasnya lagi karena tak mau menjadi penyesalan untuk bisa mencintainya. Dan sampai sekarang aku menganggapnya sebagai teman dalam hidupku. Selamat tinggal cinta pertamaku aku akan merajut kembali cinta yang akan datang.
6 November 2011.. Chamcham^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar