Minggu, 09 Juni 2013

Mahligai Cinta yang Berderai Luka




Kurangkai sebuah kisah masa lalu yang membuat diriku mengerti akan hadirnya mahligai cinta. Dimana aku dipertemukan dengan sang pangeran cinta di kehidupan nyata. Aku tak menyangka akan menikmati lezatnya pizza yang ingin aku makan, dan ternyata aku telah mencicipinya yaitu pizza cinta. Ini seperti mainan puzzle yang selalu menyusun rangkaian-rangkaian kotak yang sama yaitu kotak pengorbanan dan kesetiaan hingga terbentuk puzzle cinta yang penuh keindahan. Juga alunan melodi yang mengiringi ku ke jalan lautan rindu, samudra kasih sayang, dan ombak kepedulian. Semuanya butuh segudang pengorbanan untuk menyakinkan bahwa seperti itulah cinta yang akan aku rajut, hingga nantinya menjadi anyaman kehangatan cinta yang tumbuh dalam hati antara aku dan dirinya.
Waktu itu aku duduk di kelas X.6 sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Metro. Sebuah kenangan yang membuatku malu dan tertawa sendiri saat mengingatnya, yaitu cerita lucu tapi menyedihkan yang bermaknakan cinta yg ku temukan di sudut sekolah. Dimana aku dikenalkan dengan aroma cinta yang begitu membuatku terpesona. Aku terkena gejolak asmara pada pandangan pertamanya. Sungguh luar biasa sangat menembus hatiku saat dia pancarkan wajahnya yang begitu anggun dihadapanku. Inilah kisah cinta pertamaku saat dibangku sekolah, sepertinya konyol, tapi dari pengalaman itu aku bisa merasakan  damainya  cinta yang membuat ku tergila-gila karenanya. “Sebut namaku Cham”, karena orangtuaku memberi nama Chamdini Putri.
Pagi itu matahari mulai terbit dan bersinar menghidupkan dunia, aku pun segera mandi dan bersiap-siap meluncur pergi ke sekolah. Ketika hendak berangkat aku pun tak lupa sarapan pagi, walaupun dengan telur dadar tentu sangatlah lezat menikmatinya. Karena dibuat dari tangan seorang ibu yang begitu mengasihi dan menyayangi, dan pastinya uang jajannya yang tidak ketinggalan, wajar seperti anak lainya sebagai uang pegangan disekolah. Dengan mengendarai sepeda motor di dampingi teman perempuan yang tak kalah cantiknya denganku Putri namanya kami pun berangkat.
Selalu saja telat masuk, saat bel berbunyi kami baru memasuki area sekolah, pastinya sudah banyak anak sekolah yang berkerumbunan. Karena disetiap perjalanan kami selalu berhenti untuk menunggu teman yang lainya. Nah disaat itulah yang membuatku senang saat telat, karena aku paling suka mencari perhatian. Dengan tampilan culun dan gaya yang masih norak ku berjalan melewati kelas per kelas, kepedean yang melekat didiriku membuat aku menjadi kebal telinga saat dibicarakn oleh mulut-mulut lamis para siswa-siswi. Sifat ke SMPku pun masih terlihat ketika bejalan di depan kelas menyapa teman-teman dan memberi senyuman indah di pagi yang cerah. Sehingga mereka mejuluki aku “si peramah”, yah gelar yang sidikit bangga karena bisa membuat orang disekelilingku merasa senang saat bertemu denganku.
Tak heran semua orang mengenalku dengan khas yang ku punya begitu menawan, walau terlihat apa adanya. Tapi tak sedikit pula orang yang tidak menyukaiku,  tak ku hiraukan saat seorang menyapaku dengan ironi. Bahkan sampai yang litotes. Hatiku selalu terbuka maaf dan selalu iklas memaafkan apa yang di buatnya, hingga tak ada bekas yang membuat lara dihatiku. Jadi membuat aku tak punya masalah sekecilpun. Aku merasa banyak yang memperhatikanku saat berjalan, tapi tetap saja aku cuek. Peduli amat orang berkata apa.
            Aku pun memasuki kelasku yang begitu sepi, tak disangka semua anak sudah duduk ditempat masing-masing dan disibukan dengan buku dipandanganya. Ternyata sebuah pr yang membuatnya sibuk karena belum mengerjakan, maklum sekolah luar negri, “uups” maksudnya sekolah swasta jadi anaknya tidak begitu rajin untuk hal seperti ini. Sambil senyum ku duduk dengan tenang,, hahahah JJ... Yah biasa anak rajin seperti aku pastinya sudah lah mengerjakanya, “batinku sok sombong”. Putri mengambil pandanganku dia pun berucap “emang sudah pr kamu!!”.  “Beluman,jawabku cepat..!!”. “kok malah santai, siap-siap saja kau lari lapangan...” ujar Putri. Sambil tertawa membisikannya, ku menjawab dengan santainya “beluman dikumpul ke guru maksud aku put”,...” “hahaha... ada-ada saja kamu ini Cham, bisanya membuatku tertawa”,  jawabnya sambil senyum-senyum.
Pelajaran berlangsung hingga bel istirahat pun tiba. Keluarlah aku bersama Putri teman sebangku untuk mencari makanan ke depan sekolah, aku membeli es untuk  melegakan tenggorokan yang serak sehabis makan makanan yang bermacam-macam campuran. Tak sengaja keisenganku kumat ketika melihat seorang laki-laki disudut sekolah sedang asyik makan mie ayam, langsung kepikiran biji salak yang ada di genggamanku, dengan berani langsung ku lemparkan. Karena banyaknya orang yang bisa menutupiku, jadi aku tak kawatir, sedikit tenang sembunyi dibelakang orang.
Ku lempar lah biji salak kesasaran, tanpa pikir panjang “weeeeeeee’rrrrrrrrr........!!” tepat pada sasaran, biji salak pun meloncat dari kepalanya. Waduh sepertinya kesakitan suaranya saja memantul sampai berbunyi “tttttkkk”,  aduhhh.....!!! tegasnya reflek, sampai barang kepunyaanya sendiri kesebut. Hahahaha,, sambil lari ku tertawa terbahak-bahak tak kusangka benar-benar tepat sasaran. Sungguh jail diriku ini,  sampai Putri pun terheran-heran melihat kelakuanku. Bel masuk berbunyi aku bergegas langsung masuk ke kelas. Gerombolan anak laki-laki berdatangan, salah satu diantaranya menunjuk-nunjuk wajahku, dibisiknya ke teman-teman ”itu yang melemparmu,,itu yang melemparmu”. Lalu cepat-cepat aku masuk ke dalam kelas, takut juga melihat gerombolan yang memandangku sinis.
Jam pulang pun tiba, aku tak pulang karena ekskul KIR sudah menantiku. Ku langkahkan  kakiku menuju bascame KIR tempat meeting ku, disana semuanya sudah berkumpul dan siap membahas program kegiatan yang akan dilaksanakan. Beberapa jam kemudian aku pun pulang, ketika memakai sepatu ku jongkokkan badanku kebawah, tiba-tiba anak laki-laki yang aku lempar biji salak lewat tepat dibelakangku. Dia ikut ekskul futsal  ternyata. Karena deket bascame KIR ada kamar mandi dia sengaja lewat untuk berganti pakaian olahraga. Tapi karena dia mengetahui aku yang menjahilinya, langsung saja ku berlari sekencangnya takutnya kena balasan. Sambil menghelai nafas ku berjalan santai bersama Fikri teman KIR, lalu ku lanjutkan berjalan sambil menunggu mobil angkutan.
Menunggu dan menungggu datangnya mobil angkut, ku membeli es doger di samping halte. Sedikit membasahi tenggorokan yang kekeringan mineral. Sambil ngobrol dengan teman-teman dan bercanda ria, tak lama kemudian mobilnya pun datang. Segera ku menaikinya karena masih ada yang kosong. Duduklah aku di depan pintu, merasakan sejuknya angin yang berhembus sampai menembus ke kulit ariku. Sambil menikmati perjalanan, mobil berhenti sejenak menurunkan penumpang dari pasar dengan bawaan yang begitu banyak. Tiba-tiba ku melihat anak laki-laki itu menyalip mobil dari kiri jalan, tepat dihadapanku dia menengokan kepalanya sekilas melihat wajahku, aku pun merasa sedikit “GR” karena dia melihat aku saat mengendarai motornya. Hatiku langsung berbunga-bunga, entah dia juga merasakan hal yang sama atau tidak yang pasti aku begitu senang.
Aku mulai bertanya-tanya dalam lintasan pikiran, “siapa dia, siapa namanya, aku pengen mengenalnya.....???”. Aku menjadi-menjadi saat memikirkanya, hatiku serasa terkena percikan kaca yang sakitnya menembus sampai hati. Dia begitu menawan, ku terpesona saat pandangan pertamanya menatap wajahku, walau itu pun hanya 2 detik tapi kau membuat hatiku meleleh dari kebekuan cinta. Yang aku herankan dia anak kelas berapa, selama ini aku tak pernah melihatnya. Yang aku tahu dia anak yang tadi pagi aku lempar biji salak. Aku jadi penasaran jadi pengen bertanya-tanya dan mencari tahu tentang dia. Dia membuatku menjadi salah tingkah.
****
Hari berganti hari ku lalui, selama dua hari aku tak melihatnya bahkan bertemu melihat wajahnya pun tidak. Membuatku hilang rasa untuk menyukainya, hingga sampai ku terlupa untuk mencari tahu tentang dia. Karena selama itu juga aku di sibukkan dengan tugas-tugas sekolah yang sangat menumpuk. Membuatku terbengkalai dan kerepotan untuk menyelesainya, untung tugas kelompok jadi sedikit bisa menghelai nafas bisa dikerjakan bersama-sama dengan santai. Fikiranku tentang dia tiba-tiba teringat saat aku melihatnya berjalan di depan kantor BK, ternyata dia sedang ada masalah, sampai mendapat hukuman.
            Aku melihatnya melas, kasihan dia di hukum dijemur di tengah lapangan. Andai aku bisa menggantikanya, aku akan berjemur dengan menggunakan payung. Karena kalau dia yang pakai payung dikira perempuan hehe..J namun, Tidak hanya dia tapi teman-teman yang lain ikut dijemur karena pada saat itu dia tertangkap basah bolos di belakang sekolah, sehingga mereka di panggil oleh guru BK. Ku bertanya-tanya dengan salah satu siswa sepertinya teman sekelasnya, “kak, siapa itu yang di jemur? Kenapa mereka? “. Lalu kakak itu menjawab, “rombongan anak kelas 11 Ips 3, Ison, Sule, Rio dan kawan-kawan, ketahuan bolos dia orang”. Yahh, fikiranku terlintas, kok anaknya nakal-nakal si, padahalkan dia kalem, cakep, bersih, rapih lagi. Kalau saja dia tidak nakal, pasti sudah banyak cewek-cewek yang suka denganya termasuk aku.
Tapi setidaknya aku sudah bertemu dengannya dan bisa melihatnya lagi saat itu, aku lega sekali hatiku pun langsung dek-dekan setiap menatap wajahnya. Walau dari kejauhan ku pandangi dia, aku tetap saja menyukinya.  Aku berharap tidak ada yang mengetahui kalau aku menyukainya. Walaupun dia anak yang nakal tapi dia orang yang spesial bagiku, entah apa yang membuatku bisa terhipnotis hingga membuatku jatuh di landa asmara karenanya. Ketika itu aku menemui Putri teman sebangku ku, ku ajaklah dia ke kamar mandi untuk membuang ingusku yang saat itu aku sedang flu berat, ku berjalan melewati depan kelasnya, dengan kepedean yang super ku berjalan dengan santainya karena ada si doi sedang nongkrong asyik bersama temanya di depan pintu.
Tak kusangka dia menegur Putri, aku kecewa L, hatiku tiba-tiba merasa sakit. Mengapa tidak diriku yang kau tegur, padahalkan aku yang menggilaimu. Aku begitu kecewa, lalu aku  langsung berlari masuk ke kamar mandi. Dengan rasa kesal dan jengkel, ku tumpahkan kekecewaanku dengan amarah yang tidak karuan, ku pukul-pukul tembok, ku buang gayung-gayung sampai pecah menjadi dua. Aku tak sadarkan diri, mengapa diriku ini, apa yang terjadi, aku tak tahu. Sampai Putri menggedor-gedor pintu kamar mandi. Aku cemburu, aku cemburu, itulah yang kurasa saat itu. Kecemburuan yang melupakanku kalau Putri adalah teman ku yang paling baik.
Lalu ku berhenti sejenak dari amarahku menghelai nafas dan mulai berfikir. Ku hapus air mataku, ku bersihkan ingusku, dan keluarlah aku dari kamar mandi. Langsung berlari menuju kelas tanpa mengajak Putri. Ternyata aku terbawa hukum kecemburuan, dimana suatu percintaan bertemu dengan perselisihan yang mana cemburu berasal dari lawan jenis yang tidak mengerti bahwa siapa yang mencintai dan perasaan saling salah paham. Putri lalu mendekatiku dan bertanya kenapa diriku ini. Dengan spontan ku menjawab “aku sakit”, sakit apa tanyanya, lalu Putri menenangkan ku. Aku sedikit merasa enjoy dan bersikap seperti biasanya lagi. Aku tak mau Putri mengetahui kalau aku menyukai Ison, aku malu.
Semenjak kejadian itu, aku merasa tidak enak dengan Putri. Karena aku sering menyalahkanya.  Padahalkan Putri tidak tahu apa-apa dan tidak bersalah, hanya aku saja yang terbawa hawa kecemburuan. Beberapa hari kemudian, di sekolah di pagi hari yang cerah yang penuh dengan semangat. Lagi-lagi aku bangun kesiangan, karena larut malam aku tertidur. Senin, adalah hari yang paling menyebalkan bagiku. Aku sangat malas untuk mengikuti upacara makanya aku selalu telat berangkat pagi mengikuti upacara bendera, sampai guru BK tak lupa mengabsen diriku. Hingga terjemur kering aku di hadapkan sang raja siang. Matahari yang bersinar tepat di atas kepalaku membuat ubun-ubun ku melepuh dan sekujur badanku  dibanjiri keringat.
Ternyata bukan hanya aku saja yang terkena hukuman, tetapi dengan hitungan jari siswa-siswi yang lain juga ikut dijemur. Sungguh malang nasibku, mengapa jadi seperti ini. Padahalkan aku menginginkan yang ada dibenakku. Melakukan apa yang aku suka, bangun siang tak masalah bagiku tapi mengapa orang lain malah tidak terima. Huhhhh... menyebalkan kesalku,,!!!.  Dari belakang tepat aku berdiri ada seseorang yang mencolek bahuku, tak ku hiraukan siapa dia, karena posisi masih dihukum aku tak berani menengok. Tapi karena berkali-kali dia mencolek bahuku, menengoklah kepalaku kebelakang. Hahhhhh!!, dengan kaget melihat wajahnya, Ison. Hatiku langsung bergetar, jantungku berdetak sangat kencang, dan bahuku seperti ingin mengeluarkan sayap karena tak sanggup ingin terbang tuk mengucapkan “aku senang, dia telah mengenalku”.
Tak ku sangka hari-hari itu indah sekali setiap apa yang kau lakukan, semuanya membuat ku jatuh hati padamu. Aku tidak sanggup menahan rasa ini padamu, ingin kucurahkan semuanya  tapi ku tak bisa, ku tak tau harus bagimana kepribadianmu yang membuatku menutupi atas segala cinta dan sayangku padamu. Bisakah kau mengerti diriku yang menggilai mu ini. Malamnya itu aku bermaksud untuk menceritakan perasaan ku ini kepada Putri, karena dia yang mungkin bisa memberikan aku jalan dan karena dia yang sudah mengenal Ison. Lalu ku ambil handfhone di atas meja belajarku dan ku mulai mengetik kata perkata hingga terangkai sebuah ungkapan yang berisikan cerita tentang Ison.
Putri tak mengerti apa maksud dari ceritaku itu, lalu sedikit demi sedikit ku jelaskan dari hati ke hati bahwa selama ini aku mencintai Ison sejak pandangan pertama. Dia pun lansung sock dan kaget mendengar ucapan ku itu. Ternyata firasat Putri benar, dia sudah menduga bahwa aku menyukai Ison karena terlihat dari sifat dan tingkah ku yang belakangan itu aneh tak pernah lagi berangkat bareng ke sekolah. Tapi Putri mengerti keadaan aku, dan dia akhirnya mau membantu aku untuk bisa mengungkapkan rasa cintaku pada si doi. Hari berganti hari telah ku lalui, semenjak ku mengenal Ison karena di kenalkan sama Putri sepertinya aku merasa diriku selalu terbayangi oleh wajahnya yang begitu tampan. Aku sangat berterimakasih pada Putri karena dia yang selama itu mencomblangkan aku dengan Ison.
****
Suatu hari ketika di sekolah, aku seperti orang yang kebingungan, aku tidak melihat batang hidungnya Ison entah kemana tuh anak, tumben tak masuk biasanya selalu nongol di depan pintu kelasnya, hatiku gelisah sepi rasanya bila tak melihatnya. Walau hanya melihat motor bawaanya dan helm kesayanganya hatiku bisa tenang. Tapi semua identitasnya tak kelihatan sama sekali, ku lihat dari kerumbunan teman-temannya juga tidak ada. Aku begitu sedih tak ada kabar tentangnya. Ku mintalah nomer hp Ison sama Putri, dan langsung dikirmnya tanpa basa-basi.
Aku pun mengambil nomernya dan langsung menghubungi, dengan hati yang dek-dekan aku menelfonya. Dengan bahasa yang kaku dan sok akrab ku mulai berbicara menyapa sok lembut, dia bertanya “siapa ya?”, “cham kak!!”  jawabku gugup, “ohh, temen Putri itu ya ada apa”. Gak papa kak, pengen denger suara kakak aja. Percakapan kami pun berlangsung enjoy, dan dia mulai bisa terbuka denganku. aku seneng banget bisa denger suara Ison untuk pertama kalinya aku telfon. Walaupun agak dek-dekan dan malu-maluin  tapi sungguh membuat hatiku lega.
Ternyata selama tidak masuk sekolah, dia sakit demam panas. Hingga harus beristirahat, saat itu aku mengkhawatirkan dia, aku berdo’a kepada sang ilahi  “semoga dia diberi kesembuhan dan kesehatan supaya bisa sekolah dan bertemu aku lagi,amiin”. Aku sungguh ingin melihatnya kembali tertawa, tersenyum dan bersenda gurau lagi dengan teman-temannya. Aku pun tak berharap dia menyukaiku, tapi yang harus dia tahu bahwa aku mencintai dan menyayanginya sangatlah tulus. Setulus cinta romeo dan juliet, dan bila cinta dari Tuhan berbentuk satu butir pasir, maka cintaku kepadanya seperti seluruh jumlah pasir yang ada di muka bumi ini. Karena aku ingin mencintaimu tanpa rasa takut, aku ingin mempercayaimu tanpa rasa khawatir,  aku ingin merindukanmu tanpa batasan, dan aku menginginkan dirimu tanpa imbalan apapun.
Begitulah kata-kata yang aku lantunkan untuknya. Aku jatuh cinta denganmu Ison, saat aku bisa bernyanyi dan menari dengan Irama hatiku. Saat aku sadari ternyata aku mulai jatuh cinta, ya aku jatuh cinta untuk yang pertama kali, namun aku tak mampu melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku hanya mengaguminya dari kejauhan, aku hanya mampu melihat senyumnya dari sini dari tempatku duduk kala itu. Aku melihatnya tertawa dan melihat bermain bola di  lapangan itu. Aku sungguh jatuh cinta, ini cinta pertama ku. Laki laki yang aku pandang terlihat  tampan dengan gayanya yang khas dan aku suka itu. Matanya sangat indah, rambutnya yang bergelombang menambah cintaku semakin bergelombang-gelombang seperti ombak di lautan lepas.
Sungguh ku ingin mencintainya. Huuuuh aku suka dia, benar-benar suka dia. Rasa ini semakin hari semakin dalam. Setiap hari yang aku ingin hanya memandang wajahnya, melihat senyumanya, tawanya. Andai kau berada tepat dihadapanku kan ku peluk kau erat-erat dan tak akan ku lepaskan hingga matahari terbenam dan siang yang  berganti malam. Aku sangat mencintaimu Ison. Begitulah cara aku menggilainya, hingga suatu hari aku melihat tatapan matanya, tatapan mata yang sangat sejuk. Yang dia berikan kepadaku, tapi dia tak tahu kalau aku mengaguminya. Ison kau seperti rotasi bumi yang selalu berputar mengelilingi fikiranku, aku tak bisa sekejap saja melupakanmu pasti selalu saja terlintas dalam jalan hatiku. Dia yang mampu membuat jantung ini berdenyut lebih kencang.
Berbagai cara sudah aku lakukan agar si doi bisa melihat seberapa besarnya cintaku, tak cukup memperhatikan saja tapi apa yang diingini telah aku berikan meski dia tidak tahu bahwa aku yang melakukanya. Seperti saat dia sakit “dompo” penyakit sejenis cacar tapi sakitnya melebihi  tertusuk duri. Ku carikan obat untuk dirinya, yaitu biji pohon palem yang masih kecil lalu ditumbuk, dengan pengorbanan ku mencari-cari bahkan sejauh Gorontalo pun akan ku tempuh demi cintaku padanya. Lalu setelah dapat ku berikan biji tersebut kepada adiknya yang saat itu belum mengenal aku. Adiknya satu sekolah dengan teman tetanggaku.
Kemudian saat di sekolah peralatan belajar dia pun tidak ada, lalu dengan senang hati ku meminjamkanya, karena saat itu belajar akuntansi jadi peralatan seperti pinsil, penggaris, dan penghapus ku kasih ke dia. Tapi dia belum menyadari bahwa semua itu aku lakukan karena aku mencintainya. Hingga suatu hari sebuah kabar buruk ku dapati bahwa Ison kecelakaan, hatiku resah gelisah tak karuan aku sangat mengkhawatirknya membuat aku rikuk pikuk saat mendengarnya. Lalu ku langkahkan kaki untuk bisa menemuinya, ku mencari-cari dimana keberadaanya apakah dia baik-baik saja, sungguh hatiku sangat cemas. Aku langsung menghubungi Putri untuk bisa membantuku mencarinya, lalu dia menelefon teman akrabnya ternyata dia juga kecelakaan bersama dengan Ison dia dirawat di rumah sakit Mardi Waluyo.
Langsung saja ku bergegas menuju rumah sakit yang mereka singgahi, aku dan Putri kebingungan untuk mencari kamar yang ditempati, ku tanya lah pada suster  ditempat registrasi korban kecelakaan Ison dan Sule. Mereka dirawat di ruang yang berbeda Sule di edelwais dan Ison di ruang ICU, dia luka parah sampai tidak sadarkan diri. Sungguh hati ku ini sangat mengkhawatirkanya, tak mau terjadi apa-apa kejadian ini sangat melukai hatiku karena aku belum mengungkapkan perasaanku kepadanya. Waktu menenjukan pukul 9 malam, aku pun harus pulang tak mau dimarahi bapak pulang kemalaman. Dengan berat hati ku meninggalkanya.
Di rumah aku hanya bisa berdo’a dan berharap “ya allah semoga dia cepat sembuh dan bisa ceria seperti biasanya lagi aku tak mau melihatnya sedih dan terluka, ya allah lindungi dia dari mara bahaya”. Aku begitu menyayanginya sampai aku tidak bisa tidur memikirkan keadaanya. Andai engkau tau betapa tulus cintaku padamu, hingga tak rela melihatmu dalam kondisi lemas tek berdaya di ruang rumah sakit itu. Aku ingin kau cepat sembuh.
Hingga suatu malam, tepat tengah malam dia menelfonku. Entah apa yang terjadi tiba-tiba dia menghubungiku, aku yang sedang terlelap tidur, terbangun karena suara handphone yang mengganggu pendengaranku. Aku langsung memencet tombol dan dengan mata sayup-sayup, dengan suara yang nge-bass aku pun berbicara. Dia membangunkan aku, tanpa sadar semua pertanyaanya pun aku jawab, tapi entah apa yang keluar dari mulutku. Seperti orang yang mabuk tak sadarkan diri aku bingung aku tidak tahu.
Dengan gugup ku meminta untuk mengulangi pembicaraanya, dan tanpa basa-basi langsung diucapkanya kembali perkataan yang dilantunkanya. Tanpa cacat sedikitpun tak kurang dan tak lebih dia mengulangi perkataanya. “Aku cinta padamu, tiga kata yang terucap ku ungkapkan perasaan ku padamu. Yang selama ini ku pendam ternyata membuatku menjadi resah, tak tenang, dan takut kehilanganmu. Aku pun mempunyai rasa yang sama namun tak berani untuk mengungkapkanya”, ujarnya.
“Saat ku tahu kau begitu mencintaiku, hatiku langsung berdetakan, dag..dig..dug..dag..dig..dug.. kencang sekali, juga tangan ku mengeluarkan keringat dingin”. Sebenarnya aku tak tahu apa yang terjadi kepadaku ucapanya saat menjelaskan maksudnya. Semuanya karena ku dekat dengan Putri teman akrabmu, saat dia menjenguku untuk yang terakhir kalinya dia menceritakan semua kejadian yang selama ini kamu lakukan terhadapku. Hingga ku tau seberapa besar cintamu padaku. Bisakah dirimu memaafkan ku dari segala ketidak tahuku selama ini, jujur aku juga sayang kepadamu”. Maukah kamu menjadi pendamping hidup sebagai orang terkasihmu, aku akan menjagamu dan melindungimu karena aku mencintaimu. By Ison.
 Itulah kata-kata yang terucap dari mulut Ison yang berharap aku dapat menerima cintanya. Aku yang tak tahu harus menjawap apa hanya berdiam dan membisu tak  menentu dengan kata-kata yang di ucapkanya. Andai kau tahu isi hati ku pun sama sepertimu yang menginginkan sekucup cinta yang bersemi di taman bunga. Dan berharap kau menjadi bunga disisiku, kan ku jaga dirimu dari segala mara bahaya dan tak kan ku sakiti dirimu hingga nafas terakhirku. Aku mencintaimu dan tak bisa terlalu lama memendam rasa. Tapi tak kuasa untuk bisa berbicara sepatah kata.
Tak ku sangka malam itu membuatku menjadi bingung, aku tak tau apa yang harus aku jawab. Aku diam tanpa kata, namun dalam hati kecilku berharap engkau tahu isi hati ini yang selalu meridukan kamu. Pagi-pagi dia menelefonku untuk bisa menjenguk ke rumah sakit karena dia sudah merasa enakan dan segera bergegas untuk bisa kembali ke rumah asal. Dan aku pun segera menuju ke rumah sakit untuk membantu membereskan peralatanya yang akan di bawa pulang, aku tak sendiri tetapi bersama teman-teman yang lainya ikut membantu. Disana aku mencoba untuk bersikap biasa saja seperti tak ada masalah, tapi hatiku masih saja bergemuruh seperti ingin menyatakan sesuatu.
Akhirnya sesampai dirumah dengan keadaan lelah dan letih, dia mendekati aku mencoba berbicara dan menyelesaikan permasalahan hati. Sedikit demi sedikit kata terucap, awalnya hanya bercanda-canda aku senang bisa menatap senyum diwajahnya begitu manis dan menyejukan hati. Lalu tiba-tiba dia menayakan kembali isi hatiku yang sebenarnya “apakah kamu mau menjadi pacarku” ujarnya, dan dia meminta untuk menjawabnya saat itu, karena semalam aku sudah memikirkanya dan aku tak mau memendamnya lagi dengan senang hati aku menerima cintanya.
Sesuatu hal yang sangat berarti, baru pertama ku menemukan cinta yang aku cari dengan penuh pengorbanan. Akhirnya telah kucapai segala angan dan impianku untuk bisa mendampinginya. Dengan segala kepercayaan ku mulai memberikan pengertian, perhatian dan kasih sayang yang lebih untuk membuatnya senang dan bahagia. Dia begitu baik dan sangat menghargaiku, memperlakukanku selayaknya tuan putri dari kayangan, aku sangat terkagum-kagun denganya. Sungguh hal terindah mencintai dirinya senang mempunyai seorang pendamping yang bisa menyayangi dengan penuh kasih sayang yang begitu tulus dan sangat perhatian.
Hari-hari ku lalui sangat indah saat bersamanya, dia begitu tidak mau kehilangan ku dan aku pun begitu, aku sangat bersyukur atas semua yang diberikan, dari semua perjuangan yang telah aku lakukan ternyata membawa hasil yang sangat memuaskan. Namun di hari-hari berikutnya suasana berubah menjadi sepi, dia tak lagi memperhatikanku, jarang untuk menemuiku. Karena saat itu ku tahu dia disibukan dengan keadaan keluarga yang mempunyai toko di pasar hingga dia tak ada waktu denganku lagi. Aku mencoba untuk bisa mengerti keadaanya dan aku bersabar mungkin ini cobaan untuku dalam menghadapi masalah. Aku pun harus bisa bersikap demikian, setiap aku menghubunginya selalu saja dia menjawab sedang sibuk dan takut di marahi. Kini ku pun mengerti kalau dia sedang ingin membantu keluarganya yang untuk bekerja, dia tak ingin mengecewakan orang tuanya yang begitu dia hormati yang selama itu sudah mengawasinya dan mungkin dia harus membalasnya dengan membantu pekerjaan sekarang yang dia lakukan.
Perasaan yang tidak tega melihatnya harus menjauhiku, aku sepertinya merasa dia tak mau untuk menyakitiku, dia ceritakan semua keluhanya yang dia alami dan dia meminta aku harus bisa melupakanya karena tidak mau terlalu mencintainya takut dia menyakiti atas perbuatan yang dia lakukan kepadaku. Sedikit demi sedikit ku bisa menerima pengertianya.
Hingga suatu hari, apa yang aku takutkan terjadi, dia pergi.. pergi dari kehidupanku sebagai orang yang sangat mencintai dan menyayangiku. Demi orang tuanya, derai tangis yang tak terhentinya dia memutuskan untuk menyudahi hubungan denganku. Aku begitu merasa takut akan kesepian  dan sendiri karena tiada lagi orang yang mengerti aku selain dia. Mengapa dia melakukaya dia seperti penjahat yang merampas hatiku begitu saja. Namun dengan lapang dada ku bisa menerima itu semua karena aku tahu dia tidak mau menyakitiku akupun tidak ingin membuatnya terbebani atas semua sikapku padanya. Dan akhirnya aku bisa melupakanya atas kepedulian teman-teman terhadapku terutama Putri yang selalu membuatku kembali seperti cham dulu yang ceria dengan berbagai hiburan.
Aku hanya mampu mengingatnya, mengingat semua senyumnya dan tatapan indah. Kenangan saat itu tidak bisa ku lupakan begitu saja dia adalah oarng pertama yang mengenalkanku pada cinta, dimana ku temukan pada pandangan pertamanya. Begitu indahnya sungguh membuatku menjadi terbengkalai oleh cinta. Tapi  kini sudahlah aku tak bersamanya lagi yang kuharap sekarang hanya melupakannya. Karena sesuatu yang terbesar dalam hidup ialah mengampuni orang yang menyakiti kita
Dan tetap mengasihinya. Dan aku akan mengabdikan kenangan ini sebagai cinta pertamaku yang takan terlupakan, aku akan mengenalnya walaupun sebagai mantan. Tapi tak masalah bagiku dan sampai sekarang aku tak pernah membahasnya lagi karena tak mau menjadi penyesalan untuk bisa mencintainya. Dan sampai sekarang aku  menganggapnya sebagai teman dalam hidupku. Selamat tinggal cinta pertamaku aku akan merajut kembali cinta yang akan datang.
6 November 2011.. Chamcham^^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar